Hari
ini dunia memeringati dua peristiwa penting yaitu Hari Perdamaian
Internasional dan Hari Bebas Emisi. Kedua peristiwa ini sama-sama jatuh
pada tanggal 21 September.
Hari Perdamaian Internasional yang juga dikenal dengan nama Hari
Perdamaian Dunia, adalah hari dimana dunia diseru untuk menghentikan
perang dan kekerasan guna menciptakan perdamaian. Pada hari ini, mereka
yang tengah berkonflik – baik konflik politik hingga konflik pribadi –
diminta untuk melakukan genjatan senjata menuju terciptanya perdamaian
dunia.
Di markas besar PBB di New York, Hari Perdamaian Dunia ini
diperingati dengan membunyikan Lonceng Perdamaian (Peace Bell). Lonceng
ini dibuat dari koin yang didonasikan oleh anak-anak dari seluruh dunia
yang berfungsi sebagai pengingat jatuhnya korban jiwa akibat perang yang
saat ini masih berlangsung di sejumlah negara.
Hari Perdamaian Dunia ditetapkan oleh resolusi PBB bersamaan dengan
dibukanya Majelis Umum PBB pada tahun 1981 dan diperingati untuk pertama
kali pada September, 1982. Pada tahun 2002, Majelis Umum PBB menetapkan
tanggal 21 September sebagai Hari Perdamaian Dunia.
Sementara Hari Bebas Emisi atau Zero Emission Day (ZeDay) adalah hari
dimana dunia diseru untuk menghentikan konsumsi energi yang berasal
dari bahan bakar fossil.
Tema Hari Bebas Emisi tahun ini adalah “Reboot!” dengan mengajak
masyarakat mematikan atau tidak menggunakan alat-alat listrik yang tidak
penting yang energinya berasal dari bahan bakar fosil.
Konsep Hari Bebas Emisi ini diinisiasi pada bulan Maret, 2008, saat
sebuah situs di Halifax, Nova Scotia – sebuah provinsi di bagian timur
Kanada, menyeru dunia untuk menghentikan konsumsi bahan bakar fosil
selama satu hari setiap tanggal 21 September.
Pesan yang mereka sampaikan saat itu adalah meminta dunia untuk
memberikan kesempatan pada bumi beristirahat selama satu hari dalam
setahun atau “Giving our planet one day off a year”, sebuah pesan yang
sederhana namun memiliki makna yang mendalam.
Hari Perdamaian Dunia dan Hari Bebas Emisi terkait sangat erat. Dunia
hingga saat ini masih terus dilanda konflik akibat perebutan sumber
daya alam, termasuk sumber bahan bakar fosil. Bahan bakar fosil juga
menjadi penghasil emisi gas rumah kaca, penyebab pemanasan global dan
perubahan iklim. Konflik dan perubahan iklim sama-sama memicu bencana
alam dan kemanusiaan.
Untuk mengatasinya, dunia diseru untuk beralih ke energi bersih dan
terbarukan. Peran energi bersih dalam menciptakan perdamaian telah
diungkapkan oleh Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon tahun lalu.
Ban Ki-moon menyeru dunia untuk melakukan revolusi energi bersih guna
menransformasi ekonomi dan membantu terciptanya dunia yang lebih aman,
bersih dan lestari. “Diperlukan kepemimpinan politik yang kuat untuk
mendorong peralihan ke energi bersih dengan kecepatan dan skala yang
dibutuhkan,” tuturnya sebagaimana dikutip dalam siaran pers PBB.
“Negara yang paling cepat mengadopsi energi bersih akan menjadi
raksasa ekonomi abad 21,” ujar Ban Ki-moon dalam diskusi mengenai energi
terbarukan di Denver, Amerika Serikat. “Penduduk di negara yang
mengadopsi energi bersih akan menikmati udara yang lebih bersih, sehat,
lebih aman dan memiliki pasar yang lebih kompetitif.”
Mari beralih ke energi bersih. Mari mengurangi emisi dan
ketergantungan akan bahan bakar fosil. Mari mewujudkan bumi yang aman,
damai dan lestari.